~Ayu Ritya.Siregar / 12509678~
~ Kelas : 3pa07,
Softskill Psikologi Lintas Budaya~
1.
Pengertian lintas budaya?
Menurut Segall,
Dasen dan Poortinga (1999) psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai
perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu
dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini
mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia
dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan
banyak persoalan. Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan
menekankan beberapa kompleksitas: 1. Riset lintas-budaya dalam psikologi adalah
perbandingan sistematik dan eksplisit antara variabel psikologis di bawah
kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan antesede-anteseden
dan proses-proses yang memerantarai kemunculan perbedaan perilaku.
Malpass &
Davidson (1972) psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan
yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran
yang ekuivalen, untuk menentukan batas-bata yang dapat menjadi pijakan teori
psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.
Jadi, lintas
budaya menurut saya yaitu memahami keanekaragaman bermacam-macam budaya yang
ada di Indonesia maupun di dunia sekaligus adanya dampak dari budaya tersebut
terhadap kelangsungan masyarakat sosial dalam lingkungan budaya tertentu
tersebut. Kalau dalam psikologi lintas budaya itu sendiri, pembahasannya yaitu
mengenai adanya pengaruh lingkungan budaya terhadap perilaku-perilaku individu
di masyarakat. Jadi fungsi dari lintas budaya itu sendiri kalau menurut
pendapat saya adalah untuk bisa menghargai satu sama lain dan memperluas sikap
tenggang rasa ketika berhadapan dengan anggota masyarakat dari budaya yang
berbeda dengan budaya kita sendiri.
2.
Sebutkan ruang lingkup lintas budaya?
-Adanya
perubahan demografi masyarakat secara keseluruhan
-Adanya
perubahan demografi mahasiswa universitas
-Adanya perubahan
demografi pengajar dan peneliti psikologi
-Adanya
peningkatan kesadaran akan etnosentrisme
-Adanya
pengakuan nilai penting dan kegunaan penelitian lintas budayanya
3.
Hubungan psikologi lintas budaya dengan disiplin
ilmu lainnya?
Psikologi lintas
budaya ada hubungannya dengan kepribadian.
Berbicara budaya
adalah berbicara pada ranah sosial dan sekaligus ranah individual. Pada ranah
sosial karena budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan
membangun kehidupan bersama yang lebih dari sekedar pertemuan-pertemuan
insidental. Dari kehidupan bersama tersebut diadakanlah aturan-aturan,
nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan hingga kadang sampai pada
kepercayaan-kepercayaan transedental yang semuanya berpengaruh sekaligus
menjadi kerangka perilaku dari individu-individu yang masuk dalam kehidupan
bersama. Semua tata nilai, perilaku, dan kepercayaan yang dimiliki sekelompok
individu itulah yang disebut budaya. Kepribadian merupakan konsep dasar
psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi
dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir dan perilaku manusia, serta
bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu yang tak lepas dari
konsep kemanusiaan yang lebih nesar, yaitu budaya sebagai konstuk sosial. Menurut
Roucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi yang terdiri atas
faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis.
Dalam budaya
timur, asumsi stabilitas kepribadian sangatlah sulit diterima. Budaya timur
melihat bahwa kepribadian adalah kontekstual (contextualization). Kepribadian
bersifat lentur yang menyesuaikan dengan budaya dimana individu berada.
Kepribadian cenderung berubah, menyesuaikan dengan konteks dan situasi.
Sedangkan orang-orang budaya barat cenderung melihat diri mereka dalam kaca
mata personal individual sehingga seberapa besar prestasi yang mereka raih
ditentukan oleh seberapa keras mereka bekerja dan seberapa tinggi tingkat
kapasitas mereka. Sebaliknya, orang Asia yang locus of control kepribadiannya
cenderung eksternal melihat keberhasilan mereka dipengaruhi oleh dukungan orang
lain ataupun lingkungan. Locus of control yaitu setiap orang berbeda dalam
bagaimana dan seberapa besar kontrol diri mereka terhadap perilaku dan hubungan
mereka dengan orang lain serta lingkungannya.
Sebagai contoh
adalah penelitian perbandingan antara masyarakat Barat (Eropa-Amerika) dan
masyarakat Timur (Asia). Orang-orang Barat cenderung melihat diri mereka dalam
kaca mata personal individual sehingga seberapa besar prestasi yang mereka raih
ditentukan oleh seberapa keras mereka bekerja dan seberapa tinggi tingkat
kapasitas mereka. Sebaliknya, orang Asia yang locus of control kepribadiannya
cenderung eksternal melihat keberhasilan mereka dipengaruhi oleh dukungan orang
lain ataupun lingkungan.
Kepribadian
manusia selalu berubah sepanjang hidupnya dalam arah-arah karakter yang lebih
jelas dan matang. Perubahan-perubahan tersebut sangat dipengaruhi lingkungan
dengan fungsi–fungsi bawaan sebagai dasarnya. Stern menyebutnya sebagai Rubber
Band Hypothesis (Hipotesa Ban Karet). Seseorang diumpamakan sebagai ban karet
dimana faktor-faktor genetik menentukan sampai mana ban karet tersebut dapat
ditarik (direntangkan) dan faktor lingkungan menentukan sampai seberapa panjang
ban karet tersebut akan ditarik atau direntangkan.
4.
Ambil salah satu tema atau artikel dan kaitkan
dengan psikologi?
Gegar budaya /
culture shock seperti yang sering terjadi diberbagai kota maupun dipedalaman,
menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan tentang budaya etnis, kelompok usia,
kelompok agama maupun kelompok tradisi tertentu ditanah air. Dalam satu RW
terjadi pertikaian antar RT, antar gang, antar pendukung sekte keagamaan bahkan
antar pendukung partai. Ironis memang, namun itulah naluri dasar manusia yang
paling primitif selalu timbul bila terjadi perbedaan kepentingan ( pribadi,
kelompok maupun ajaran tertentu ). Berikut ini faktor-faktor penyebab
terjadinya gegar budaya. Penyebab
gegar budaya lainnya adalah perilaku rasional, irasional dan non rasional.
Perilaku rasional dalam suatu budaya didasarkan atas apa yang dianggap masuk
akal oleh suatu kelompok dalam mencapai tujuan –tujuan atau kepentingannya.
Perilaku irasional menyimpang dari norma-norma menyimpang yang diterima suatu
kelompok masyarakat ( etnis, agama, partai, OKP dll ). Kelompok budaya yang
berperilaku irasional biasanya bertindak tanpa logika dan dimungkinkan sebagian
besar oleh suatu respons emosional, sedangkan perilaku nonrasional tidak
berdasarkan logika, dan tidak bertentangan dengan pertimbangan masuk akal,
semata-mata dipengaruhi oleh budaya atau subkultur seseorang. Berbagai
peristiwa seperti Sambas, Sampit, Poso, Ambon, Aceh Banyuangi bisa
dikategorikan kedalam jenis ini, suatu ketika kita sadar mengapa melakukan
perilaku ini, dan para individu yang terlibat juga kadang tidak sadar dan
percaya mengapa melakukan. Bahkan mungkin dipengaruhi oleh
prasangka yang berat sebelah memandang perbedaan kultur. Bahkan pertentangan
politik dapat dibawa ke lembaga mental psikologis, karena perilaku mereka
sering dianggap irasional ataupun non rasional. ( contoh PKB, Golkar,
Muhammadyah di Jatim ). Faktor penting lainnya pemicu gegar budaya, manakala kita
tidak memahaminya adalah TRADISI. Tradisi melengkapi masyarakat dengan suatu
tatanan mental yang berpengaruh kuat atas sistem moral untuk menilai apa yang
dianggap benar atau salah, baik atau buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Suatu budaya diekspresikan dalam
tradisi, tradisi yang memberikan para anggotanya suatu rasa memiliki dalam
suatu keunikan budaya. Tradisi juga dimiliki oleh suatu organisasi sipil,
militer, agama dan suatu kelompok masyarakat ( perhatikan ucapara keprotokolan
mereka).
Oleh karena itu, lintas budaya berhubungan
dengan ilmu psikologi tentang dimana adanya gegar budaya atau culture shock
yang terjadi di suatu kota maupun dipedalaman sekalipun. Arti dari gegar budaya atau culture shock itu
sendiri adalah kesulitan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan budaya baru yang berbeda dari kenyataan mereka sendiri.
Daftar Pustaka
Berry, John W.;
Poortinga, Ype H.; Segall, Marshall H.; dan Dasen, Pierre R. 1999.
Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi (terjemahan). Jakarta: PT
Gramedia Purtaka Utama.
Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi (terjemahan). Jakarta: PT
Gramedia Purtaka Utama.
Koentjaraningrat.Pengantar
Ilmu Antropologi.1981.Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar